Seorang Muslim Sejati Penemu Makam Imam Al Bukhari Yang Terlupakan
Sebagai masyarakat indonesia kita pantas berbangga hati, karena negara kita memiliki kontribusi yang besar terhadap dunia, khususnya dunia islam. sebagai umat muslim kita pasti mengenal imam Bukhari, beliau adalah seorang ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih dan Hadits, hadits-hadits dia memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
gbr.1: Saat Presiden Sukarno tiba di Tashkent.
Lalu apakah hubungan antara kontribusi bangsa indonesia dengan Imam Bukhari? Imam Bukhari terlahir dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, dia kehilangan penglihatannya. Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara.
Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, di mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi’in, hafal kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, di mana dari satu juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits. Kebesaran akan keilmuan beliau diakui dan dikagumi sampai ke seantero dunia Islam.
Di Naisabur, tempat asal imam Muslim seorang Ahli hadits yang juga murid Imam Bukhari dan yang menerbitkan kitab Shahih Muslim, kedatangan beliau pada tahun 250 H disambut meriah, juga oleh guru Imam Bukhari Sendiri Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih Muslim, Imam Muslim menulis. “Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat kepala daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang mereka berikan kepada Imam Bukhari”. Namun kemudian terjadi fitnah yang menyebabkan Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke kampung halamannya di Bukhara.
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
gbr.2 Presiden Sukarno disambut oleh jutaan rakyat Bukhara.
Setelah wafat tidak ada satu orangpun yang mengetahui keberadaan makam imam Bukhari secara pasti, disinilah bangsa indonesia mempunyai peran besar, adalah ir. Sukarno yang kala itu masih menjabat sebagai presiden negara indonesia yang mengawali kontribusi indonesia bagi makam imam bukhari. Ini terjadi pada tahun 1961, ketika Pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Negeri Tirai Besi, Nikita Sergeyevich Khrushchev, merasa sudah menang psywar terhadap rivalnya dalam perang dingin, presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Ia memiliki ide untuk mengundang presiden Indonesia Sukarno ke Moskow. Apalagi, saat itu Indonesia berhasil menyandera pilot intelijen Negeri Paman Samuel, Allan Pope. Ia terbukti terlibat dalam pemberontakan mendukung gerakan Permesta di Sulawesi Utara, pada 1958. Sukarno tidak mau melepaskan pilot bayaran yang pesawatnya ditembak TNI di kawasan Maluku. Kondisi itu dimanfaatkan oleh Kamerad Khrushchev. Setidaknya ingin menunjukkan kepada ‘raja’ kapitalis dan liberalis itu bahwa Indonesia berdiri di belakang ‘raja’ komunis, Uni Soviet.
“Paduka Yang Mulia, Bung Karno. Kami mengundang yang mulia untuk datang ke Moskow, menjadi tamu kehormatan negara dan bangsa kami,” kata Khruschev, melalui sambungan telepon dalam bahasa Inggris, pada Januari 1961. Dalam peristiwa yang terjadi 56 tahun lalu itu, Bung Karno memahami betul suasana batin Khruschev. Ia pun tidak mau begitu saja memenuhi undangan ke Moskow. Ia tidak ingin Negeri Pancasila terjebak dalam perang dingin. Bung Besar tidak ingin membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun, maka putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, mengajukan syarat. “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi, Paduka. Tidak boleh tidak, Kamerad.” Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?” Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam al-Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.” Si komunis ini terheran-heran. “Siapa pula Imam al-Bukhari?” katanya bersungut-sungut kepada ajudannya. Tak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan khususnya untuk menemukan makam tersebut.
Setelah dicari ke sana ke mari, anak buah pemimpin Negeri Beruang Merah itu mengaku tidak menemukan makam itu. Selang beberapa hari, ia kembali menghubungi Bung Karno, “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat?” Di ujung telepon, Bung Karno tersenyum sinis. “Paduka, kalau tidak ditemukan, ya sudah. Saya lebih baik tidak usah datang ke negara Kamerad.” Jawaban Putra Sang Fajar ini membuat telinga Khrushchev memerah. Khrushchev pun kembali memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. “Cari sampai dapat!”
Setelah mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara, 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tidak terawat. Imam al-Bukhari memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia. Ia dimakamkan di Samarkand tahun 870 M. ‘Raja komunis’ itu pun dengan riang kembali menelepon Sukarno dan mengabarkan bahwa makam dimaksud sudah ditemukan, tapi dalam kondisi rusak parah.
Presiden Sukarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaiki dan merawat makam tersebut. Jika tidak, lanjut Bung Karno, ia menawarkan agar makam tersebut dipindahkan ke Indonesia. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya. Khrushchev pun memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin. Usai renovasi, ia kembali menghubungi Bung Karno. “Baik, saya akan datang ke negara Anda,” jawab Sukarno yang saat itu berusia 60 tahun.
Singkat cerita, setelah mengunjungi Moskow, pada 12 Juni 1961, Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent. Menurut penuturan juru kunci makam imam Bukhari, beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran tidak tidur. Sejak saat itu makam imam Bukhari diketahui keberadaanya oleh dunia namun tertutup untuk dikunjungi, terkecuali bagi masyarakat indonesia yang ingin berziarah ke makam tersebut.
Makam Imam Bukhari, kini.
Masyarakat indonesia mendapat keistimewaan sebagai tanda terima kasih karena berkat pemimpin bangsa indonesia lah makam imam Bukhari bisa ditemukan. Perbuatan baik Bung Karno kepada umat dengan mengajukan syarat pencarian makam imam bukhari memberikan manfaat kepada masyarakat luas, ini membuktikan perbuatan baik sekecil apapun akan Allah balas sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS An-Nissa : 40)
Kini, setelah Uni Soviet bubar, wilayah itu menjadi bagian dari Uzbekistan. Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam al-Bukhari, seorang perawi hadis Nabi Muhammad SAW. Tidak banyak yang tahu juga kalau Sukarno ke luar negeri, ia selalu menyebut dirinya sebagai Muslim sejati kepada tuan atau puan rumahnya.
Beautifull.
Berbicara soal Ke-Esa-an Tuhan. Tuhan Yang Satu. Itulah tauhid di dalam kitab suci Alquran. Ia kemukakan di depan pemimpin tertinggi negara Komunis bahwa Tuhan kekal abadi, sehingga seorang Muslim sejati tidak takut terhadap kematian. Sebab, telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang disembah kaum Muslimin. Dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Sukarno tidak peduli apakah presiden Uni Soviet itu mau mendengarkan tentang keyakinannya tentang Islam atau pun tidak. Yang jelas Si Bung sudah paham apa yang ada di kepala Kamerad Khruschev tentang ajaran Marxisme, tentang simbol palu arit.
Hendaknya kita sebagai masyarakat indonesia patut merasa bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh presiden pertama indonesia ir. Sukarno. Beliau memberi contoh nyata bahwa dengan melakukan hal yang baik bagi bangsa dan agama balasan dari kebaikan itu tidak hanya kita sendiri yang mendapatkan, tapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas hingga lintas generasi. Ada baiknya hal itu menjadi pemicu bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
VIDEO:
||
Silahkan tinggalkan komentar:
Tidak ada komentar: