Barakah
----
Allah memerintahkan kaum beriman untuk bershalawat, setelah terlebih dulu Dia bersama malaikat bershalawat (QS. Al-Ahzab: 56). Ini adalah sebuah ibadah yang spesial, karena Allah menjadi pelopor bershalawat bersama malaikat. Setelah itu barulah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman.
"...yushalluna" di dalam ayat tersebut berarti "yubarrikuna", sebagaimana yang didawuhkan Sayyidina Abdullah ibnu Abbas Radliyallahu anhuma. Demikian pentingnya barakah ini sehingga dalam ucapan salam-pun ada doa keberkahan di dalamnya: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan selalu menyertai Anda (kalian).
Lantas, apa itu barakah? Secara istilah dalam bahasa Indonesia bermakna nikmat, karunia Allah yang mendatangkan kebaikan bagi manusia. Sedangkan ulama, seperti Imam al-Ghazali memaknai barakah sebagai ziyadat al-khair alias bertambahnya kebaikan. Ulama lain, seperti Imam Nawawi, mengartikannya sebagai kebaikan yang berkesinambungan. Sedangkan ulama lain memaknai barakah sebagai rangkaian perbuatan yang membuat pelakunya bertambah taat kepada Gusti Allah.
Oleh karena itu, apabila kita ingin mengetahui dimana letak barakah itu, bisa dicek. Harta yang barakah itu bukan yang banyak nominalnya, tetapi harta yang bisa membuat pemiliknya enteng melakukan kebaikan dengan harta yang dia miliki dan menunaikan hak yang ada dalam harta tersebut.
Penghasilan yang berbarakah itu bukan hanya yang mengalir deras dengan nominal yang menggiurkan, melainkan bagaimana agar kerja kita bisa menjadi lantaran pembuka rizki bagi orang lain.
Demikian juga dengan usia. Banyak yang usianya panjang tapi tidak menggunakannya sebaik-baiknya. Di sisi lain, banyak yang usianya pendek, seperti Sahabat Mush'ab bin Umair Radliyallahu 'anhu, dianugerahi keberkahan usia oleh Allah. Imam Nawawi rahimahullah juga. Beliau tidak menikah, usianya pendek saja, wafat di usia 45 tahun, tapi diberi keberkahan karena dengan umur yang tidak panjang beliau meninggalkan karya tulis yang bisa kita nikmati hingga kini.
Nah, ini yang harus kita evaluasi. Jika di dalam usia kita lebih taat kepada Allah dan membawa manfaat bagi orang lain, insyaAllah di situ letak keberkahan usia kita. Namun apabila sebaliknya, ini yang berbahaya.
Selain dalam harta dan usia, ada juga keberkahan dalam ilmu. Ilmu yang berbarakah bukan yang disampaikan dalam mimbar ke mimbar, yang hanya ditulis dari buku ke buku dengan berbagai rujukannya, melainkan yang bermanfaat bagi pemiliknya. Yang membawaa kebaikan bagi dirinya dan orang lain.
Abot tenan, rek!
Barakah itu misterius. Sebab, dalam sakit pun ada juga barakahnya. Nabi Ayyub, misalnya. Diberi cobaan sakit yang membuat beliau bertambah taat. Dalam keterbatasan, juga ada. Lihat Kota Makkah. Tanahnya tandus. Tapi diberkahi Allah lantaran doa Nabi Ibrahim alaihissalam. Kota Madinah juga. Diberkahi lantaran doa Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam.
Lantas bagaimana mendatangkan keberkahan bagi kita dan keluarga?
Ada beberapa hal yang menjadi catatan kecil di sini.
Pertama, keberkahan bagi keluarga, khususnya anak-anak, antara lain ditentukan oleh usaha orangtua. Kita mengenal apa yang disebut "tirakat". Orangtua yang rajin nirakati anak, insyaAllah keberkahannya menjalari hidup buah hatinya. Ketika sowan kepada beberapa kiai, saya memberanikan diri bertanya mengenai usaha yang beliau beliau lakukan di masa lalu hingga menjadi "orang" seperti saat ini. Mayoritas menjawab, tentu dengan kerendahan hati, saya bisa seperti ini lantaran bapak-ibu saya rajin tirakat untuk keberhasilan saya. Saat saya sowan kepada guru saya, Prof. Dr. Ridlwan Nasir, dan Prof. Ali Aziz, jawabannya nyaris sama. Intinya, ada jerihpayah orangtua yang tirakat demi keberhasilan anak-anaknya.
Soal metode tirakatnya, banyak. Ada yang memilih puasa demi keberhasilan anak. Misalnya puasa saat "weton" (hari kelahiran anak berdasarkan perhitungan Jawa), puasa setiap hari, puasa Dawud dan senin-kamis yang semuanya ditujukan agar si anak bisa menjadi orang soleh yang bermanfaat. Ada juga yang melalui metode sedekah yang diatasnamakan si anak. Yang terakhir ini pesan dari KH. Abdullah Salam, Kajen, Pati, yang disampaikan kepada putra beliau KH. Nafi Abdillah, yang disampaikan kepada para santrinya, bahwa kalau menginginkan anak menjadi "orang baik", hendaklah memperbanyak bersedekah dengan diniati menyedekahkan untuk sang anak.
Selain itu, ada juga metode khidmah alias pengabdian. Biasanya, mereka yang dengan ikhlas mengabdikan diri untuk umat, dengan tenaga maupun ilmunya, keberkahan akan menjalari jalan hidup putra putrinya. Bukti keberhasilan metode ini banyak, sangat banyak. Anda bisa mengecek di sekitar anda.
Selain tiga metode di atas, ada juga yang terakhir yaitu, metode mendekatkan diri kepada orang soleh. Kita bukan orang soleh, oleh karena itu agar keberkahan meliputi keluarga, anak-anak kita, perlu kita mendekatkan diri kepada orang soleh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Anak-anak kita perkenalkan riwayat orang-orang soleh, melalui berbagai bacaan dan kisah. Sudah banyak, riwayat ulama di masa lampau maupun ulama kontemporer yang biografinya beredar. Jalan alternatif, mengajak anak-anak kita berziarah ke makam ulama. Kita kisahnya perjuangannya, kiprahnya, dan proses kehidupan yang membuatnya berhasil. Ini metode paling akhir memunculkan keberkahan dalam hidup kita.
Agar lebih mudah memahami apa itu berkah, izinkan saya mengutip kisah sederhana yang pernah disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz. Pernah ada satu orang yang soleh, miskin dan membutuhkan uang. Beliau diberitahu lewat mimpi bahwa ada seribu dirham sedang menunggu dia di suatu tempat, Dan ia bertanya; "Apakah ada barakah di dalamnya? (Yaitu, dalam dirham itu). Saat dikatakan bahwa tidak ada barakah di dalam uang itu, dia menjawab, "Kalau begitu aku tidak perlu uang itu!"
Pada malam kedua ia memiliki mimpi yang sama di mana ia diberitahu ada tempat tertentu di mana ia akan menemukan 100 dirham. Dia bertanya "Apakah ada barakah di dalamnya?" Dia diberitahu tidak ada barakah di dalamnya dan ia kembali mengatakan dia tidak butuh uang itu. Pada malam ketiga ia diberitahu dalam mimpi bahwa di tempat tertentu ada 10 dirham menunggunya, dan ia bertanya apakah ada keberkahan di dalamnya. Dia diberitahu tidak ada barakah di dalamnya, dan lagi-lagi ia menolak itu. Kemudian pada malam keempat ia diberitahu dalam mimpi bahwa ada dua dirham menunggunya di suatu tempat dan dia bertanya apakah ada keberkahan di dalamnya. Dan dia diberitahu, "ya ada barakah di dalamnya!". Dan pada akhirnya ia mengatakan bahwa ia ingin dua dirham itu.
Keesokan paginya ia mengatakan seluruh cerita kepada istrinya. Istrinya bukan salah satu dari mereka yang menghargai barakah, jadi dia mulai mengkritiknya dan mengatakan, "Bagaimana Anda menolak seribu dirham untuk dua dirham? seharusnya anda memilih yang seribu dirham!".
Dia menjawab: "Tidak, saya tidak ingin seribu dirham tanpa barakah. Saya ingin dua dirham yang halal dan yang memiliki berkah."
Lalu ia pergi dan mendapatkan dua dirham sesuai petunjuk mimpi dan dalam perjalanan pulang ia bertemu penjual ikan yang menjual ikan di jalanan. Dia membeli ikan seharga dua dirham, jadi dia membayar dua dirham dan dia membawa pulang ikan itu ke rumah. Ketika ia tiba di rumah, ia memotong ikan dan ditemukan di dalam perut ikan beberapa perhiasan berharga ribuan dirham!
Allah telah membuatnya jadi orang kaya berdasarkan dari barakah dalam dua dirham. Ini adalah manifestasi dari bagaimana sejumlah kecil dengan berkah jauh lebih baik dari jumlah besar tanpa barakah! Oleh karena itu benar apa yang disampaikan oleh KH. A. Musthofa Bisri, "Janganlah mencari banyak, tapi carilah barakah."
(dengan sedikit tambal sulam redaksional, ulasan ini saya sampaikan di hadapan para dokter spesialis jantung dari Heart and Vascular Surabaya dan Medika Manikam Nusantara di Hotel Swiss Bellin, Surabaya, Sabtu, 3 Juni 2017, bersama Mas Ustadz Fathul Qodier)
Terimakasih bunda Liliek Murtiningsih dan Mbakyu Sasqia SasQa Dyah. Mohon maaf apabila grogi (hahahahaha) dan ada salah ucap.
Wallahu A'lam Bisshawab
---------------
Rizal Mumazziq Z
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1344717245609908&id=100002149375608
Tidak ada komentar: