VIDEO

[Video_Islami][bleft]

Artikel

[article][twocolumns]

muhasabah

[muhasabah][bleft]

Text Widget

Pages

Ponpes itu sekarang telah berkembang.

Sejak Sabtu-Senin (20-22/05) saya berada di PP. Nurul Islam, Kec. Ngabang, Kab. Landak, Kalimantan Barat. Selain sekaligus bisa berkunjung ke rumah adik saya, Hana Yusrul, yang tinggal di Perumahan Armed, yang tak jauh dari pondok, bersama Mas Abdulloh Hamid, saya belajar banyak hal dari para pengasuh di pesantren ini yang semuanya adalah alumnus PP. Al-Asy'ariyah, Kalibeber Wonosobo: KH. Muhdi, KH. Luqmanul Qosim, KH. Taufiqurrahman dan istri beliau, Mbakyu Helly Ummi yang semuanya hamilul qur'an. Demikian juga dengan para asatidz lainnya, Ustadz Fauzan Adib, Ustadz Abdurrahim, Ustadz Maulana, Ustadz Deni Suprianto, Ustad Zulkifli Zackiey, Ustadz Mukhlis Zahlan Al Fabet, Ustadz Robi Setiawan, Ustadz Hanif Zuhri dan beberapa guru lain.

Saya akui, kegigihan beliau-beliau dalam merintis dan mengembangkan pesantren ini pantas diacungi jempol. Kiai Luqman Qosim, misalnya, beliau datang di kawasan ini pada tahun 1999. Usianya saat itu baru 24 tahun. Saat itu hanya ada tanah wakaf dari penduduk setempat. Di atasnya sudah ada musala kecil yang diapit dua rumah sederhana yang disediakan untuk pengasuhnya. Tak ada santri. Maklum, suasana masih mencekam akibat bentrokan berdarah antara etnis Dayak dan Madura dua tahun sebelumnya. Di Ngabang, Landak, saat itu (hingga kini) kaum muslimin menjadi minoritas. Di tengah keterbatasan ini, Kiai Luqman kemudian dibantu alumni Ponpes Al-Asy'ariah lainnya, Kiai Muhdi. Duet ini mendapatkan santri pertama, kakak adik yang berasal dari kabupaten sebelah. Datang malam hari di tengah hujan deras, orangtuanya memasrahkan laki-laki dan perempuan belia itu untuk dididik. Inilah santri pertama Nurul Islam.

Di tengah keterbatasan dan perbedaan budaya maupun agama, Pesantren Nurul Islam mulai berkembang. Pasangan suami istri yang juga lulusan terbaik PP. Al-Asy'ariyah, Kiai Taufiqurrahman dan Mbak Helly Umi, datang pada 2004. Disusul kemudian oleh beberapa asatidz alumni Ponpes yang diasuh oleh KH. Muntaha al-Hafidz tersebut. Semua bahu membahu mengembangkan Nurul Islam. Saat ini, alhamdulillah, pesantren ini sudah memiliki Playgroup, TK, MI, SMP Takhassus Al-Qur'an dan SMA Takhassus Al-Qur'an. Total santri mukim saat ini sudah mencapai 400, putra-putri. Mayoritas berasal dari kawasan Kalimantan Barat. Sedangkan total santri yang menuntut ilmu di sini, dari Playgroup hingga SMA Takhassus al-Qur'an, kurang lebih 900 santri. Ke depannya, menurut Kiai Muhdi dan Kiai Taufiq, insyaAllah akan didirikan Univ. Nahdlatul Ulama (ayo rek, kita doakan semoga berwujud perguruan tinggi yang takhasssus pada kajian al-Qur'an).

Tak mudah memang berdakwah di kawasan minoritas. Selain harus memahami budaya setempat, bisa menahan diri, dibutuhkan ketahanan mental di atas rata-rata. Pernah suatu ketika, Kiai Luqman mendapatkan undangan mengisi pengajian di kawasan yang lebih pelosok. Untuk menuju ke sana, Kiai Luqman harus naik bis. Apes, bis sudah penuh penumpang. Akhirnya kiai muda ini naik ke atap bis. Lebih nahas lagi, hujan deras mengguyur. Jadilah Kiai Luqman berbasah-basahan di atas bis sampai lokasi. Untunglah, baju kering sudah dia siapkan untuk mengisi pengajian di perkampungan pelosok tersebut. Di lain kesempatan, bis yang menuju pedalaman dihadang serombongan pemuda yang nodong minta uang rokok.

Tantangan lainnya adalah mengatasi jalanan ke pedalaman yang menjadi kubangan lumpur saat musim hujan datang. Seringkali Kiai Luqman dan beberapa pengasuh Nurul Islam harus mengendarai motor lalu beramai-ramai mengangkatnya agar tidak terjebak kubangan lumpur. Maka tak heran jika beberapa kali terjadi peristiwa yang agak lucu: pak kiai baru tiba di lokasi sedangkan jamaah sudah membubarkan diri. Kiai Taufiqurrahman beberapa kali mengalami kondisi ini.

Di lain kesempatan, Kiai Muhdi, salah satu pengasuh memenuhi undangan untuk menjadi imam shalat tarawih di musalla kampung pedalaman. Untuk menuju lokasi, beliau harus mengendarai motor. Medan yang dilalui tak kalah terjal. Ketika magrib tiba, beliau hanya mengkonsumsi makanan ringan yang dibeli di kios kecil di pelosok. Beliau mengira, para pengundangnya menyediakan buka puasa bersama--sebagaimana di Jawa. Tapi, perkiraan beliau meleset. Yang terjadi, jamaah yang segelintir minta langsung tarawih, selesai. Tak ada buka puasa bersama, tak ada bingkisan untuk ustadz yang datang dari jauh, pun tak ada salam tempel basa-basi untuk uang bensin. Semua terjadi secara alami. Maka jadilah Kiai Muhdi berbuka puasa sekaligus sahur karena baru dilakukan pada pukul 01.00 WIB, setibanya dari perjalanan jauhnya itu.

Setiap pengasuh PP. Nurul Islam pernah merasakan beratnya dakwah di pedalaman. Berhadapan dengan masyarakat yang cuek, melintasi medan jalan yang berat, dan sebagainya. Belum lagi adanya fitnah dan persinggungan dengan mekanisme hukum adat yang berlaku di kawasan Suku Dayak ini.

Namun tantangan yang lebih berat adalah menjaga ketentraman dan keberlangsungan pesantren. Sebab, ketika ada aksi perusakan gereja di Jakarta beberapa tahun silam, penduduk desa yang jauh dari PP. Nurul Islam datang berombongan menggunakan truk membawa senjata tajam. Mereka bersiap melakukan aksi balasan dengan cara membakar pondok. Suasana sangat mencekam. Untunglah salah satu dewan pembina pesantren ada yang mengenal salah satu pimpinan demonstran ini. Setelah menjelaskan panjang lebar mengenai pondok pesantren Nurul Islam, aksi massa bisa dibubarkan.

Selain kegigihan para pendidik di atas, ada pula hal lain yang pantas diapresiasi. Mbak Helly, mbakyunya Mas Abdulloh Hamid, ini adalah salah satu aktivis penggerak PC Fatayat NU di Landak. Kadangkala juga merangkap aktivis PC Muslimat NU. Hehehe. Sedangkan adiknya, Mbak Eriq Ar-rohmah, juga pernah menggerakkan IPPNU sampai ke pelosok, saat ikut mengajar di PP. Nurul Islam beberapa tahun silam. Adapun Ustadz Deni Suprianto merintis dan menggerakkan simpul simpul GP Ansor bersama Mas Aris Setiawan dan Mas Misdiarto. Sedangkan Kiai Luqman dan Kiai Muhdi berkhidmah di jajaran Syuriah PCNU, adapun Kiai Taufiq sebagai Wakil Sekretaris PCNU Landakm.

Yang pasti, selain belajar banyak hal, saya juga makan banyak. Hahaha. Sebab setiap hari kami dijamu di rumah para pengasuh pondok secara bergantian. Yang juga paling berkesan adalah pada saat kami berkunjung ke kediaman Ustadz Faisol, alumni PP. Darul Lughah Wad Da'wah, Raci Bangil Pasuruan, yang sudah 10 tahun membina dan mendidik anak-anak yatim dan anak terlantar. Lokasinya agak masuk ke perkampungan yang tidak jauh dari Kantor Bupati Landak. Ketika pertama kali beliau datang ke kawasan Landak dan mengumandangkan adzan pada waktu magrib, sekonyong-konyong ada batu melayang menhantam kaca musalla. Melihat peristiwa ini, Ustadz Faisol sadar apabila dibutuhkan ketelatenan membina masyarakat. Akhirnya, Ustadz Faisol memilih merintis pengajian bergilir dari rumah ke rumah penduduk sembari mengasuh anak-anak yang kurang beruntung.

Hanya beberapa hari saya di pesantren ini. Belajar kepada para pengasuh PP. Nurul Islam yang sabar, ulet, punya jiwa khidmah ummah, dan dengan ikhlas mendidik para santrinya. Termasuk belajar banyak hal dari KH. Khoirullah Al-Mujtaba, Pengasuh PP. Al-Asyariyah II, Kalibeber Wonosobo, yang melakukan kunjungan di PP. Nurul Islam yang didirikan oleh para santri KH. Muntaha al-Hafidz itu.

Melihat kegigihan dan kesabaran para pengasuh PP. Nurul Islam dan para gurunya dalam mendidik pada santri, saya hanya bisa menatap kagum sembari menyadari apabila saya belum bisa berbuat manfaat seperti yang telah mereka lakukan. Semoga keberkahan senantiasa menaungi KH. Khoirullah al-Mujtaba Faqieh, pengasuh PP. Al-Asyariyah II Wonosobo; para Pengasuh PP. Nurul Islam, KH. Muhdi, KH. Luqman Qosim, KH. Taufiqurrahman dan Mbak Helly Ummi, Ustadz Fauzan Adib, Ustadz Abdurrahim, Ustadz Maulana, Ustadz Deni Suprianto, Ustad Zulkifli, Ustadz Robi Setiawan, Ustadz Hanif Zuhri, Ustadz Faishol, Mas Ari Setiawan, Mas Zainal Abidin, Mas Fadiel Al Ghorby, Mas Misdiarto dan sahabat-sahabat PMII IAIN Pontianak yang telah menemani kami melekan semalaman.

Semoga Allah mempertemukan kita kembali di lain kesempatan dan di lain episode, bersama Jarjit Singh dan Upin Ipin :-)





Tidak ada komentar: